Assalamu’alaikum wr wb
Hai.. Apa kabar saudara-saudaraku? Tau kan grup Be The Best Generation yang di ef-be? Itu lho yang di muka buku alias facebook.. Sebelumnya makasih buat temen-temen yang udah gabung. Eit, tapi Be The Best Generation bukannya mau ngebahas tentang facebook di madding sekolah ini. “ Trus mau gebahas apa donk? ” Sesuai dengan tema kita nyaeta “ Kata mu — Kata ku “ kita akan ngebahas tentang kata-kata. Percaya nggak sih teman-teman sadayana kalau kata-kata itu bisa menentukan hidup kita? Ok Untuk membuktikan kalau kata-kata itu bisa menentukan hidup kita. Be The Best Generation mau ngasih pertanyaan nih yang musti dijawab.
Ok Kita mulai pertanyaannya aja, berikut :
Apakah kehidupan Anda mengalami perubahan setelah mendengar atau membaca sesuatu?
Apakah Anda pernah kehilangan sahabat karena kata-kata yang anda ucapkan?
Apakah Anda pernah merasakan suatu kebahagiaan setelah mendengar sebuah kalimat?
Apakah Anda pernah merasakan kesedihan setelah mendengar kata-kata buruk?
Apakah kecintaan Anda bertambah kepada seseorang setelah mendengar kata-kata baik darinya?
Apakah antusiasme kerja Anda bertambah setelah mendengar kata-kata yang mengandung motivasi?
Apakah antusiasme kerja Anda menurun setelah mendengar kata-kata buruk atau pendapat negative tentang pekerjaan yang Anda lakukan?
Ok, pertanyaan di atas adalah pembukaan dari Be The Best Generation sebelum kita membahas lebih lanjut tentang, benarkah kata-kata Anda akan menentukan hidup Anda? Pokoe simak terus Kata mu — Kata ku dari Be The Best Generation dan ditunggu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas. Kirim aja jawaban temen-temen ke nomor kontak di bawah. Oh ya Be The Best Generation akan hadir setiap hari Senin and Kamis. Jangan lupa puasa senin and kamis ok.
Wassalamu’alaikum wr wb.
Ternyata sifat kita dengan Rasulullah SAW itu Cuma beda “SEDIKIT” saja.
Mari kita lihat dengan seksama perbedaan yang “SEDIKIT” itu,
Berikut :
Rasulullah sedikit-sedikit berdakwah, kita hanya sedikit berdakwah.
Rasulullah sedikit-sedikit beramal, kita sedikiiiit beramal.
Rasulullah sedikit-sedikit puasa dan tahajud, kita sedikiiiiit puasa dan tahajud.
Rasulullah sedikit-sedikit mengagungkan asma Allah, kita sedikit ingat Allah
Ternyata emang bener hanya beda sedikit. But, Rasulullah sedikit-sedikit ibadah, kita hanya sedikit bahkan lebih sering maksiat.
Oleh karena itu, yuk kita teladani Rasulullah yang sedikit-sedikit ibadah. Ok ikhwan and akhwat?
Rabu, 14 Desember 2011
Minggu, 04 Desember 2011
Hukum Mencontek
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan izin Allah SWT, Alhamdulillah Be The Best bisa hadir kembali di madding sekolah. Btw, Apa kabar ni teman-teman hari ini? Tentunya baik-baik aja kan? Semoga Allah selalu menjaga kesehatan kita.
Menyontek mungkin sudah tidak asing lagi didengar oleh beberapa pelajar di sekolah, tapi tau gak sich hukumnya menyontek itu? Apakah dibolehkan atau dilarang? Mau tau kelanjutannya? Simak aja terus… jangan sampe kelewat ya….
Menurut survei , kebanyakan orang menyontek disebabkan karena mereka “Tidak Belajar sehingga tidak siap menghadapi ujian.” atau “maunya enak aja, tanpa kerja keras tapi, ingin mendapat hasil yang bagus.”
Mungkin dengan menyontek kita akan mendapatkan nilai yang bagus. Tapi, kalau ketauan guru pengawas Kita bisa dikeluarkan dari tempat ujian bahkan kita tidak mendapatkan nilai. Jika menyontek tanpa ketauan guru pengawas gimana, kan nggak ketauan? Lho, kan ada Allah yang maha mengetahui apa-apa yang kita perbuat. Dan semuanya itu akan dicatat oleh dua malaikat yang mengikuti kita untuk dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Karena didalam Islam pun perbuatan menyontek itu adalah perbuatan yang tidak terpuji dan tidak diperbolehkan. Bukankah menyontek itu sama dengan berbohong.
Berbohong pada diri sendiri, guru, teman bahkan orang tua. Apakah kita tidak malu kalau kita melakukan perbuatan seperti itu? Mungkin Anda telah atau akan menghadapi ujian, bagi yang akan menghadapi ujian maka Anda harus belajar atau menyiapkan diri sebelum ujian tersebut. Bagi yang telah ujian dan Anda masih melakukan perbuatan yang disebutkan diatas, maka bertaubatlah dan jangan sampai mengulanginya lagi.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi Anda yang membacanya. Sampai jumpa lagi pada pertemuan selanjutnya. Terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
“Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan di bumi, dan Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan.”
( TQS. Al-Hujuraat : 18 )
Dengan izin Allah SWT, Alhamdulillah Be The Best bisa hadir kembali di madding sekolah. Btw, Apa kabar ni teman-teman hari ini? Tentunya baik-baik aja kan? Semoga Allah selalu menjaga kesehatan kita.
Menyontek mungkin sudah tidak asing lagi didengar oleh beberapa pelajar di sekolah, tapi tau gak sich hukumnya menyontek itu? Apakah dibolehkan atau dilarang? Mau tau kelanjutannya? Simak aja terus… jangan sampe kelewat ya….
Menurut survei , kebanyakan orang menyontek disebabkan karena mereka “Tidak Belajar sehingga tidak siap menghadapi ujian.” atau “maunya enak aja, tanpa kerja keras tapi, ingin mendapat hasil yang bagus.”
Mungkin dengan menyontek kita akan mendapatkan nilai yang bagus. Tapi, kalau ketauan guru pengawas Kita bisa dikeluarkan dari tempat ujian bahkan kita tidak mendapatkan nilai. Jika menyontek tanpa ketauan guru pengawas gimana, kan nggak ketauan? Lho, kan ada Allah yang maha mengetahui apa-apa yang kita perbuat. Dan semuanya itu akan dicatat oleh dua malaikat yang mengikuti kita untuk dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Karena didalam Islam pun perbuatan menyontek itu adalah perbuatan yang tidak terpuji dan tidak diperbolehkan. Bukankah menyontek itu sama dengan berbohong.
Berbohong pada diri sendiri, guru, teman bahkan orang tua. Apakah kita tidak malu kalau kita melakukan perbuatan seperti itu? Mungkin Anda telah atau akan menghadapi ujian, bagi yang akan menghadapi ujian maka Anda harus belajar atau menyiapkan diri sebelum ujian tersebut. Bagi yang telah ujian dan Anda masih melakukan perbuatan yang disebutkan diatas, maka bertaubatlah dan jangan sampai mengulanginya lagi.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi Anda yang membacanya. Sampai jumpa lagi pada pertemuan selanjutnya. Terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
“Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan di bumi, dan Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan.”
( TQS. Al-Hujuraat : 18 )
Senin, 05 September 2011
Monsterisasi “Teror NII” Kuatkan Islamophobia
[Al Islam 555] Selama beberapa pekan terakhir, isu NII (Negara Islam Indonesia) ramai dibicarakan dan banyak menghiasi media massa baik cetak maupun elektronik. Isu NII itu banyak dikaitkan dengan aktivitas cuci otak, kasus banyaknya orang hilang termasuk banyak diantaranya mahasiswa, aksi pemerasan dan lainnya. Kebanyakan isu tersebut mengarah kepada NII Komandemen Wilayah IX (NII KW IX).
Dalam isu NII KW IX ini, terkesan ada upaya tangan-tangan kotor untuk membuat umat Islam salah paham terhadap agamanya sendiri bahkan phobia dengan perjuangan syariat di negeri ini. Maka perlu kiranya umat membangun kesadaran politik dan pemahaman seputar isu NII ini.
NII KW IX Banyak Penyimpangan
Menurut banyak pihak termasuk mantan-mantan anggota dan pejabatnya, saat ini NII KW IX dipimpin oleh Abu Toto alias Abdul Salam alias Abu Marik alias Abu Marif alias Nur Alamsyah dengan julukan/gelar Panji Gumilang.
Jika dilacak embrio munculnya NII KW IX tidak bisa lepas dari sejarah eksistensi gerakan DI/TII yang dipimpin SM Kartosoewiryo yang diproklamirkan pada 7 Agustus 1949. Namun NII KW IX tidak otomatis bisa diklaim adalah DI/TII itu sendiri, karena faktanya dalam banyak aspek termasuk visi misinya jauh berbeda bahkan bertentangan dengan yang pernah di perjuangkan oleh DI/TII Kartosoewiryo.
Dalam riset MUI (2002) terungkap; menurut Raden Abdul Fatah Wirangganapati, mantan Kuasa Usaha Komandemen Tertinggi Angkatan Perang NII yang bertugas memilih dan mengangkat panglima komandemen wilayah, sejak Juli 1962 secara organisasi NII sudah bubar. Saat itu hanya ada tujuh KW, jadi belum ada KW IX. Menurutnya, pada tahun 1975 (1974), Adah Jailani (mantan salah satu komandan wilayah) mengangkat dirinya sebagai imam NII (1975), dan sempat dipenjara tahun itu. Pada tahun 1976 tercium kuat adanya fakta penetrasi intelijen (Ali Murtopo/BAKIN) ke tubuh NII, melalui Adah Jailani. Lalu dibentuk Komandemen baru yaitu KW VIII untuk wilayah Lampung dan KW IX yang meliputi Jakarta Raya (Jakarta, Tangerang, Bekasi, Banten). KW IX dipimpin oleh Seno Aji alias Basyar. Lalu dia digantikan oleh Abu Karim Hasan, orang yang paling berpengaruh dalam pembentukan doktrin Mabadiuts Tsalatsah yang digunakan KW IX hingga kini. Abu Karim Hasan meninggal tahun 1992, lalu Adah Jaelani mengangkat Abu Toto menggantikan Abu Karim. Sejak tahun 1993, KW IX membangun struktur di bawahnya hingga meliputi seluruh wilayah Indonesia. Juga membangun sistem keuangan dan doktrin dasar yang sebelumnya tidak pernah diajarkan dalam gerakan DI/TII Kartosoewiryo. NII KW IX itu eksis hingga kini. Dari penelitian MUI tahun 2002 ditemukan indikasi kuat adanya relasi antara Ma’had az-Zaytun (MAZ) dan organisasi NII KW IX.
NII KW IX dinilai telah menyimpang, bahkan sesat dan menyesatkan. Diantara penyimpangannya (hasil penelitian MUI 2002): mobilisasi dana mengatasnamakan ajaran Islam yang diselewengkan, penafsiran ayat al-Quran yang menyimpang, mengkafirkan orang diluar kelompoknya, juga indikasi penyimpangan paham dalam masalah zakat dan kurban yang diterapkan di MAZ.
Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI) dalam fatwa tanggal 26/2/2002 bahkan menyatakan NII KW IX sebagai gerakan sesat dan menyesatkan. Alasannya NII KW IX menganggap:
Semua muslim di luar mereka disebut kafir dan halal darah dan miliknya.
Dosa zina dan maksiyat bisa ditebus dengan sejumlah uang yang ditetapkan.
Tidak ada kewajiban mengqadha’ puasa, tapi cukup dengan membayar sejumlah uang yang ditetapkan.
Dibenarkan menggalang dana untuk membangun sarana fisik dan operasional dengan menghalalkan segala cara termasuk menipu dan mencuri.
Taubat hanya sah jika membayar sejumlah tertentu “shadaqah istighfar”.
Ayah kandung yang belum masuk kelompok mereka tidak sah menjadi wali nikah.
Tidak wajib berhaji kecuai telah jadi mas’ul. -Bahkan dikatakan berhaji cukup ke ibu kotanya yaitu MAZ (www.nii-crisis-center.com)-
Qonun Asasi (Aturan Dasar) gerakan dianggap lebih tinggi dari Kitabullah, bahkan tidak berdosa menginjak-injak mushaf al-Quran.
Apa yang mereka sebut “shalat aktifitas” yaitu melaksanakan program gerakan dianggap lebih utama dari shalat fardhu.
Sikap “Aneh” Pemerintah?
Umat yang resah akibat isu NII ini telah menunggu-nunggu sikap tegas pemerintah. Namun hingga saat ini ketegasan itu tidak tampak. Bahkan menurut Menko Polhukam RI DJoko Suyanto, NII belum bisa dianggap makar dan mengganggu kedaulatan negara karena baru bersifat mengajak orang untuk mengikuti jalan mereka. Di kesempatan yang berbeda Djoko menegaskan pernyataannya bahwa NII belum menjadi ancaman Nasional. Sebab NII belum merupakan gerakan yang bersifat massif, (lihat Media Indonesia, 2/5/2011).
Deputi VII Bidang Koordinasi Komunikasi dan Informatika Kemenko Polhukam, Sagom Tamboen di Kantor Kemenko Polkam, Jakarta, Jumat (29/4/2011) mengatakan, “Bahwa pihak-pihak (pemerintah) yang mengikuti perkembangan NII tidak bisa berbuat apa-apa, karena mereka tidak melakukan tindakan-tindakan kejahatan yang bisa terjerat pasal pidana tertentu” (Okezone.com, 29/4). Begitupun, Polri juga belum akan menindak kelompok NII KW 9. Apalagi melakukan langkah hukum ke Pesantren Al Zaytun yang dituding sejumlah pihak terkait NII KW 9. Alasannya belum ada bukti pidana ke arah itu (lihat detiknews.com, 28/4).
Padahal banyak kasus penculikan, penipuan, pencurian bahkan sampai perampokan ditengarai terkait dengan kelompok ini. Pengaduan korban, kesaksian mantan anggota NII, hasil penelitian Balitbang Depag (Februari 2004) dan MUI (5 oktober 2002), dan temuan Intelkam Mabes Polri seharusnya cukup memberikan pijakan kepada pemerintah untuk merumuskan sikap dan tindakan tegas terhadap kelompok NII KW IX. FUUI pun tahun 2001 telah menyerahkan dokumen dan bukti terkait NII KW IX kepada kepolisian dan kejaksaan.
Wajar jika umat bertanya-tanya, ada apa di balik semua itu. Wajar pula jika timbul anggapan bahwa isu NII sengaja dipelihara dan diangkat saat ini untuk tujuan tertentu.
Hati-Hati Propaganda Negatif
Seiring dengan sikap “aneh” pemerintah itu, isu NII justru diekspos secara massif. Berbagai opini dan propaganda pun diblow up dengan memanfaatkan isu tersebut. Di media massa dibeberkan pernyataan kepolisian dan pihak lainnya bahwa beberapa pelaku aksi teror pernah bergabung dengan NII. Maraknya radikalisme dan aksi terorisme pun tak jarang dikaitkan dengan ideologi radikal seperti yang dikembangkan oleh NII. Pada saat yang sama berbagai kasus yang dikaitkan dengan NII dan berbagai penyimpangan NII diblow up dan terus dikaitkan dengan tujuan pendirian negara islam.
Dengan itu negara islam dikesankan sebagai sesuatu yang menakutkan, menjadi ancaman dan bahaya bagi umat. Sekaligus secara implisit itu adalah propaganda untuk mengesankan syariah islam sebagai ancaman dan bahaya. Maka itulah upaya “monsterisasi” istilah negara islam. Arahnya tidak lain adalah untuk menciptakan dan menanamkan sikap phobi terhadap visi islam politik penerapan syariah islam dalam bingkai negara. Ujungnya adalah untuk menjauhkan umat dari perjuangan penerapan syariah yang diwajibkan oleh Allah atas mereka. Semua itu berkelindan dengan program deradikalisasi. Ujungnya untuk membuat masyarakat resisten terhadap visi islam politik. Penerapan Islam dalam format negara pun harus dijadikan momok bagi kehidupan sosial politik umat negeri ini meski mayoritasnya adalah muslim. Sebaliknya format sekuler dan kapitalis liberal dalam bingkai demokrasi yang diadopsi di negeri ini dianggap sudah final dan “harga mati”, padahal sejatinya justru menjadi sumber semua permasalahan yang terjadi.
Disisi lain, isu NII terus dibiarkan agar menjadi “teror NII“. Hal itu untuk menegaskan bahwa proyek deradikalisasi harus berjalan dengan maksimal dan melibatkan banyak pihak. Juga untuk mendesakkan kebutuhan akan adanya regulasi (UU) tentang keamanan negara khususnya UU Intelijen yang sedang dibahas di DPR. Menhan Purnomo Yoesgiantoro menyatakan bahwa penanganan kelompok NII mengalami kesulitan karena terganjal tidak adanya dasar hukum yang kuat. Ia beralasan bahwa negara ini belum memiliki UU keamanan Nasional dan UU Intelijen yang masih banyak ditentang sejumlah masyarakat. (Antara, 29/4/2011). Menurut Deputi VII Bidang Koordinasi Komunikasi dan Informatika Kemenko Polhukam, Sagom Tamboen, untuk mengantisipasi adanya dugaan pelanggaran pidana yang dilakukan gerakan NII, maka diperlukan terbentuknya Undang-Undang Intelijen (Okezone.com, 29/4).
Wahai Kaum Muslim
Disinilah kiranya bisa dipahami terus bergulirnya isu NII ini, bahkan terkesan dipelihara diiringi dengan sikap “aneh”pemerintah itu. Umat harus waspada dan menolak diperalatnya isu ini untuk mensahkan uu yang akan melahirkan rezim represif yang telah menciptakan trauma bagi umat.
Umat juga harus hati-hati jangan sampai terbawa oleh propaganda yang ingin membuat umat phobi dan menjauh dari islam dan syariahnya serta perjuangan penerapan syariah islam dalam bingkai negara.
Semua itu akan gagal. Allah berfirman:
وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
Mereka membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (QS Ali ‘Imran [3]: 54)
Sebaliknya umat harus yakin, justru formalisasi syariah melalui negara di dalamnya tersimpan kehidupan dan kebaikan bagi seluruh masyrakat baik muslim maupun non muslim dan kunci terwujudnya kerahmatan bagi semua. Wallâh a’lam bi ash-shawâb. [].
Komentar al-Islam
Anggaran pembuatan rancangan undang-undang inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat diusulkan naik dari Rp 6,8 miliar menjadi Rp 8,47 miliar di tahun 2012. Kenaikan itu terjadi lantaran adanya usulan peningkatan anggaran kunjungan kerja ke luar negeri dalam rangka pembahasan RUU (Kompas, 3/5)
Bukti demokrasi menghasilkan politisi yang mementingkan kesenangan plesiran dan kepentingan sendiri sebaiknya abai terhadap kepentingan rakyat
Inilah dagelan demokrasi, rakyat membiayai pembuatan UU yang nyatanya justru banyak merugikan rakyat.
Hanya sistem islam yang bisa menghasilkan politisi yang berkhidmat demi kepentingan rakyat. Saatnya terapkan syariah dalam bingkai Khilafah.
artikel bayangan dari: http://hizbut-tahrir.or.id/2011/05/04/monsterisasi-teror-nii-kuatkan-islamophobia/
Dalam isu NII KW IX ini, terkesan ada upaya tangan-tangan kotor untuk membuat umat Islam salah paham terhadap agamanya sendiri bahkan phobia dengan perjuangan syariat di negeri ini. Maka perlu kiranya umat membangun kesadaran politik dan pemahaman seputar isu NII ini.
NII KW IX Banyak Penyimpangan
Menurut banyak pihak termasuk mantan-mantan anggota dan pejabatnya, saat ini NII KW IX dipimpin oleh Abu Toto alias Abdul Salam alias Abu Marik alias Abu Marif alias Nur Alamsyah dengan julukan/gelar Panji Gumilang.
Jika dilacak embrio munculnya NII KW IX tidak bisa lepas dari sejarah eksistensi gerakan DI/TII yang dipimpin SM Kartosoewiryo yang diproklamirkan pada 7 Agustus 1949. Namun NII KW IX tidak otomatis bisa diklaim adalah DI/TII itu sendiri, karena faktanya dalam banyak aspek termasuk visi misinya jauh berbeda bahkan bertentangan dengan yang pernah di perjuangkan oleh DI/TII Kartosoewiryo.
Dalam riset MUI (2002) terungkap; menurut Raden Abdul Fatah Wirangganapati, mantan Kuasa Usaha Komandemen Tertinggi Angkatan Perang NII yang bertugas memilih dan mengangkat panglima komandemen wilayah, sejak Juli 1962 secara organisasi NII sudah bubar. Saat itu hanya ada tujuh KW, jadi belum ada KW IX. Menurutnya, pada tahun 1975 (1974), Adah Jailani (mantan salah satu komandan wilayah) mengangkat dirinya sebagai imam NII (1975), dan sempat dipenjara tahun itu. Pada tahun 1976 tercium kuat adanya fakta penetrasi intelijen (Ali Murtopo/BAKIN) ke tubuh NII, melalui Adah Jailani. Lalu dibentuk Komandemen baru yaitu KW VIII untuk wilayah Lampung dan KW IX yang meliputi Jakarta Raya (Jakarta, Tangerang, Bekasi, Banten). KW IX dipimpin oleh Seno Aji alias Basyar. Lalu dia digantikan oleh Abu Karim Hasan, orang yang paling berpengaruh dalam pembentukan doktrin Mabadiuts Tsalatsah yang digunakan KW IX hingga kini. Abu Karim Hasan meninggal tahun 1992, lalu Adah Jaelani mengangkat Abu Toto menggantikan Abu Karim. Sejak tahun 1993, KW IX membangun struktur di bawahnya hingga meliputi seluruh wilayah Indonesia. Juga membangun sistem keuangan dan doktrin dasar yang sebelumnya tidak pernah diajarkan dalam gerakan DI/TII Kartosoewiryo. NII KW IX itu eksis hingga kini. Dari penelitian MUI tahun 2002 ditemukan indikasi kuat adanya relasi antara Ma’had az-Zaytun (MAZ) dan organisasi NII KW IX.
NII KW IX dinilai telah menyimpang, bahkan sesat dan menyesatkan. Diantara penyimpangannya (hasil penelitian MUI 2002): mobilisasi dana mengatasnamakan ajaran Islam yang diselewengkan, penafsiran ayat al-Quran yang menyimpang, mengkafirkan orang diluar kelompoknya, juga indikasi penyimpangan paham dalam masalah zakat dan kurban yang diterapkan di MAZ.
Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI) dalam fatwa tanggal 26/2/2002 bahkan menyatakan NII KW IX sebagai gerakan sesat dan menyesatkan. Alasannya NII KW IX menganggap:
Semua muslim di luar mereka disebut kafir dan halal darah dan miliknya.
Dosa zina dan maksiyat bisa ditebus dengan sejumlah uang yang ditetapkan.
Tidak ada kewajiban mengqadha’ puasa, tapi cukup dengan membayar sejumlah uang yang ditetapkan.
Dibenarkan menggalang dana untuk membangun sarana fisik dan operasional dengan menghalalkan segala cara termasuk menipu dan mencuri.
Taubat hanya sah jika membayar sejumlah tertentu “shadaqah istighfar”.
Ayah kandung yang belum masuk kelompok mereka tidak sah menjadi wali nikah.
Tidak wajib berhaji kecuai telah jadi mas’ul. -Bahkan dikatakan berhaji cukup ke ibu kotanya yaitu MAZ (www.nii-crisis-center.com)-
Qonun Asasi (Aturan Dasar) gerakan dianggap lebih tinggi dari Kitabullah, bahkan tidak berdosa menginjak-injak mushaf al-Quran.
Apa yang mereka sebut “shalat aktifitas” yaitu melaksanakan program gerakan dianggap lebih utama dari shalat fardhu.
Sikap “Aneh” Pemerintah?
Umat yang resah akibat isu NII ini telah menunggu-nunggu sikap tegas pemerintah. Namun hingga saat ini ketegasan itu tidak tampak. Bahkan menurut Menko Polhukam RI DJoko Suyanto, NII belum bisa dianggap makar dan mengganggu kedaulatan negara karena baru bersifat mengajak orang untuk mengikuti jalan mereka. Di kesempatan yang berbeda Djoko menegaskan pernyataannya bahwa NII belum menjadi ancaman Nasional. Sebab NII belum merupakan gerakan yang bersifat massif, (lihat Media Indonesia, 2/5/2011).
Deputi VII Bidang Koordinasi Komunikasi dan Informatika Kemenko Polhukam, Sagom Tamboen di Kantor Kemenko Polkam, Jakarta, Jumat (29/4/2011) mengatakan, “Bahwa pihak-pihak (pemerintah) yang mengikuti perkembangan NII tidak bisa berbuat apa-apa, karena mereka tidak melakukan tindakan-tindakan kejahatan yang bisa terjerat pasal pidana tertentu” (Okezone.com, 29/4). Begitupun, Polri juga belum akan menindak kelompok NII KW 9. Apalagi melakukan langkah hukum ke Pesantren Al Zaytun yang dituding sejumlah pihak terkait NII KW 9. Alasannya belum ada bukti pidana ke arah itu (lihat detiknews.com, 28/4).
Padahal banyak kasus penculikan, penipuan, pencurian bahkan sampai perampokan ditengarai terkait dengan kelompok ini. Pengaduan korban, kesaksian mantan anggota NII, hasil penelitian Balitbang Depag (Februari 2004) dan MUI (5 oktober 2002), dan temuan Intelkam Mabes Polri seharusnya cukup memberikan pijakan kepada pemerintah untuk merumuskan sikap dan tindakan tegas terhadap kelompok NII KW IX. FUUI pun tahun 2001 telah menyerahkan dokumen dan bukti terkait NII KW IX kepada kepolisian dan kejaksaan.
Wajar jika umat bertanya-tanya, ada apa di balik semua itu. Wajar pula jika timbul anggapan bahwa isu NII sengaja dipelihara dan diangkat saat ini untuk tujuan tertentu.
Hati-Hati Propaganda Negatif
Seiring dengan sikap “aneh” pemerintah itu, isu NII justru diekspos secara massif. Berbagai opini dan propaganda pun diblow up dengan memanfaatkan isu tersebut. Di media massa dibeberkan pernyataan kepolisian dan pihak lainnya bahwa beberapa pelaku aksi teror pernah bergabung dengan NII. Maraknya radikalisme dan aksi terorisme pun tak jarang dikaitkan dengan ideologi radikal seperti yang dikembangkan oleh NII. Pada saat yang sama berbagai kasus yang dikaitkan dengan NII dan berbagai penyimpangan NII diblow up dan terus dikaitkan dengan tujuan pendirian negara islam.
Dengan itu negara islam dikesankan sebagai sesuatu yang menakutkan, menjadi ancaman dan bahaya bagi umat. Sekaligus secara implisit itu adalah propaganda untuk mengesankan syariah islam sebagai ancaman dan bahaya. Maka itulah upaya “monsterisasi” istilah negara islam. Arahnya tidak lain adalah untuk menciptakan dan menanamkan sikap phobi terhadap visi islam politik penerapan syariah islam dalam bingkai negara. Ujungnya adalah untuk menjauhkan umat dari perjuangan penerapan syariah yang diwajibkan oleh Allah atas mereka. Semua itu berkelindan dengan program deradikalisasi. Ujungnya untuk membuat masyarakat resisten terhadap visi islam politik. Penerapan Islam dalam format negara pun harus dijadikan momok bagi kehidupan sosial politik umat negeri ini meski mayoritasnya adalah muslim. Sebaliknya format sekuler dan kapitalis liberal dalam bingkai demokrasi yang diadopsi di negeri ini dianggap sudah final dan “harga mati”, padahal sejatinya justru menjadi sumber semua permasalahan yang terjadi.
Disisi lain, isu NII terus dibiarkan agar menjadi “teror NII“. Hal itu untuk menegaskan bahwa proyek deradikalisasi harus berjalan dengan maksimal dan melibatkan banyak pihak. Juga untuk mendesakkan kebutuhan akan adanya regulasi (UU) tentang keamanan negara khususnya UU Intelijen yang sedang dibahas di DPR. Menhan Purnomo Yoesgiantoro menyatakan bahwa penanganan kelompok NII mengalami kesulitan karena terganjal tidak adanya dasar hukum yang kuat. Ia beralasan bahwa negara ini belum memiliki UU keamanan Nasional dan UU Intelijen yang masih banyak ditentang sejumlah masyarakat. (Antara, 29/4/2011). Menurut Deputi VII Bidang Koordinasi Komunikasi dan Informatika Kemenko Polhukam, Sagom Tamboen, untuk mengantisipasi adanya dugaan pelanggaran pidana yang dilakukan gerakan NII, maka diperlukan terbentuknya Undang-Undang Intelijen (Okezone.com, 29/4).
Wahai Kaum Muslim
Disinilah kiranya bisa dipahami terus bergulirnya isu NII ini, bahkan terkesan dipelihara diiringi dengan sikap “aneh”pemerintah itu. Umat harus waspada dan menolak diperalatnya isu ini untuk mensahkan uu yang akan melahirkan rezim represif yang telah menciptakan trauma bagi umat.
Umat juga harus hati-hati jangan sampai terbawa oleh propaganda yang ingin membuat umat phobi dan menjauh dari islam dan syariahnya serta perjuangan penerapan syariah islam dalam bingkai negara.
Semua itu akan gagal. Allah berfirman:
وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
Mereka membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (QS Ali ‘Imran [3]: 54)
Sebaliknya umat harus yakin, justru formalisasi syariah melalui negara di dalamnya tersimpan kehidupan dan kebaikan bagi seluruh masyrakat baik muslim maupun non muslim dan kunci terwujudnya kerahmatan bagi semua. Wallâh a’lam bi ash-shawâb. [].
Komentar al-Islam
Anggaran pembuatan rancangan undang-undang inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat diusulkan naik dari Rp 6,8 miliar menjadi Rp 8,47 miliar di tahun 2012. Kenaikan itu terjadi lantaran adanya usulan peningkatan anggaran kunjungan kerja ke luar negeri dalam rangka pembahasan RUU (Kompas, 3/5)
Bukti demokrasi menghasilkan politisi yang mementingkan kesenangan plesiran dan kepentingan sendiri sebaiknya abai terhadap kepentingan rakyat
Inilah dagelan demokrasi, rakyat membiayai pembuatan UU yang nyatanya justru banyak merugikan rakyat.
Hanya sistem islam yang bisa menghasilkan politisi yang berkhidmat demi kepentingan rakyat. Saatnya terapkan syariah dalam bingkai Khilafah.
artikel bayangan dari: http://hizbut-tahrir.or.id/2011/05/04/monsterisasi-teror-nii-kuatkan-islamophobia/
Nyala Lilin Ternyata Mengandung Berlian
Nyala api lilin ternyata mengandung limpahan berlian. Ini adalah temuan Wuzong Zhou, ilmuwan dari University St Andrews, Skotlandia, Inggris, yang dipublikasikan di Chemical Communication Journal bulan ini.
Penemuan ini bisa dikatakan tak direncanakan. Zhou hanya memenuhi tantangan koleganya yang mengatakan bahwa tak ada yang bisa mengetahui penyusun nyala lilin.
"Kolega universitas lain mengatakan, pasti tak ada yang tahu penyusun nyala lilin. Saya bilang, saya percaya sains dan bisa menjelaskan semua, jadi saya berusaha menemukan," kata Zhou.
Hasilnya mengejutkan. Ternyata ada 1,5 juta nanopartikel berlian dalam nyala lilin tiap detik. Ukuran partikel berlian sangat kecil. Susunan 300.000 partikelnya cuma akan menghasilkan bentuk seukuran kepala pin.
Untuk mengetahui adanya partikel berlian itu, Zhou mengembangkan penyaring yang bisa memisahkan partikel dari pusat nyala lilin bersuhu 1.400 derajat celsius, kemudian mengevaluasinya.
Selain berlian, nyala lilin ternyata juga mengandung empat jenis senyawa karbon yang berbeda, termasuk grafit, jenis senyawa karbon yang biasa dipakai sebagai bahan baku mata pensil.
Penemuan berlian di nyala lilin berpotensi menyediakan "lahan" tambang baru untuk mendapatkannya. Cincin atau kalung berlian bisa dibuat dengan cara membakar lilin nantinya. "Sayangnya, partikel berlian terbakar dalam proses, menghasilkan CO2," kata Zhou memupuskan harapan.
Walau demikian, ia mengatakan, penemuan ini akan mengubah cara manusia memandang nyala lilin. Ia mengatakan tak usah khawatir, mungkin nanti ada penelitian yang bisa memberi solusi. Yang jelas, seperti dikutip Daily Mail, Zhou kini akan meneliti api barbeque, apakah juga mengandung berlian.
Penemuan ini seperti mengingatkan kita pada kuliah kimia oleh Michael Faraday pada tahun 1860 di Inggris. Ia mengatakan, nyala lilin memiliki keindahan emas, perak, dan berlian. Kini diketahui, memang ada berlian dalam nyala itu.
Artikel asli dari: http://ariesclub17.blogspot.com/2011/08/nyala-lilin-ternyata-mengandung-berlian.html#ixzz1X8NvMipN
yang mengatakan bahwa tak ada yang bisa mengetahui penyusun nyala lilin.
Nobody's Child
I was slowly passing an orphan's home one day.
And stopped there for a moment just to watch the children play.
Alone a boy was standing and when I asked him why
he turned with eyes that could not see and he began to cry.
People come for children and take them for their own.
But they all seem to pass me by and I am left alone.
I know they'd like to take me but when they see I'm blind
they always take some other child and I am left behind.
(No) mother's arms to hold me or soothe me when I cry.
Sometimes it gets so lonely I wish that I could die.
I'd walk the streets of heaven where all the blind can see.
And just like all the other kids there'd be a home for me.
R E F R A I N :
I'm nobody's child
I'm nobody's child
I'm like a flower just growing wild.
No mommy's kisses and no daddy's smile
nobody wants me
I'm nobody's child.
And stopped there for a moment just to watch the children play.
Alone a boy was standing and when I asked him why
he turned with eyes that could not see and he began to cry.
People come for children and take them for their own.
But they all seem to pass me by and I am left alone.
I know they'd like to take me but when they see I'm blind
they always take some other child and I am left behind.
(No) mother's arms to hold me or soothe me when I cry.
Sometimes it gets so lonely I wish that I could die.
I'd walk the streets of heaven where all the blind can see.
And just like all the other kids there'd be a home for me.
R E F R A I N :
I'm nobody's child
I'm nobody's child
I'm like a flower just growing wild.
No mommy's kisses and no daddy's smile
nobody wants me
I'm nobody's child.
Senin, 11 April 2011
Matematika Alam Semesta: Al-Quran: Antisipasi ke Depan
3/02/2011 10:50:00 AM | alquran , alquran dan sains , islam , matematika alam semesta
بسم الله الرحمن الرحيم
AI-Qur'an selalu merujuk kepada (banyak) alam semesta atau 'alamin, di mana sains saat ini baru menghasilkan satu hipotesis dan model tentang multiple universes. Seruan al-Qur'an tentang kebenaran sangat universal - timeless and spaceless dialamatkan kepada seluruh manusia dan golongan jin. Kadang-kadang al-Qur'an menyebutkan makhluk yang ada di (banyak) bumi dan di (banyak) langit-yang bermakna segenap makhluk yang telah diketahui maupun yang belum diketahui. Barangkali ia adalah satu-satunya kitab suci yang seruannya ditujukan kepada manusia dan makhluk alam gaib (jin). Kritikus al-Qur'an mengatakan, "Mengapa tidak sekalian saja dialamatkan kepada iblis, atau evil?" Kritikus itu lupa atau tidak mengetahui bahwa iblis dan setan adalah salah satu ras dari golongan jin.
AI-Qur'an adalah Kebijakan Abadi
Setiap ayat, bahkan jumlah ayat atau kata, dan nama surat merupakan kebijakan abadi. Ia mempunyai beberapa lapisan pengertian, sesuai dengan tingkat ilmu pengetahuan manusia yang membacanya.
Kita lihat, misalnya, salah satu ayat dari Surat ar-Rahman, yang membahas tentang air;
"Dia membiarkan kedua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing". (ar-Rahman [55]: 19-20)
Sedikit penafsir yang mengartikan ini adalah tanah genting yang tidak terlihat. Penafsir lainnya menyebutkan bahwa air tawar di sungai dan air asin di lautan bertemu namun tidak saling melampaui karena perbedaan kepekatannya. Sampai di sini terjemahan belum bermasalah. Keterangan lebih lanjut:
Fenomena menarik adalah apa yang diungkapkan oleh seorang ilmuwan Prancis Jacques Yves Cousteau yang meneliti berbagai lautan di dekat Selat Jibraltar,1 ditemukan bahwa pertemuan antara air dari Laut Mediteranian (Laut Tengah) dengan air dari Lautan Atlantik tidak bercampur, walaupun keduanya air asin. Salinitas yang berbeda menghasilkan "dam" yang tidak terlihat. Air Laut Tengah dengan salinitas di atas 36,5% dan temperatur sekitar 11,5 derajat Celsius, terisolasi di kedalaman 900 sampai 1100 meter. Sedangkan air yang berasal dari Lautan Atlantik mempunyai salinitas di bawah 35%, membungkus air Laut Tengah dengan temperatur di bawah 10 derajat Celsius.
Berikutnya adalah fenomena menarik tentang pembentukan mutiara.
"Dari keduanya keluar mutiara dan marjan" (ar-Rahman 55 : 22)
Para penerjemah dua puluh tahun yang lalu, dengan satu atau dua pengecualian, menerjemahkan "marjan" dengan "batu koral". Padahal mayoritas ahli tafsir mengartikan dengan marjan, yang mengandung mutiara kecil yang lebih berkilau. Tetapi ahli tafsir modern, misalnya Sayyid Quthb, berbicara tentang "batu koral". Disadari bahwa banyak ahli tafsir yang menghadapi persoalan dengan ayat ini. Menurut pengetahuan mereka pada waktu itu, mutiara hanya datang dari air laut. Padahal ayat ini barangkali menjelaskan bahwa mutiara bisa terbentuk baik di dalam air laut maupun air tawar. Bagaimana bisa? Abu Ubaidah, seorang penulis terdahulu, sangat yakin bahwa mutiara hanya datang dari air laut, sehingga ia mencoba berkelit untuk menafsirkan ayat tersebut dengan sesuatu yang lain. Maka ia menulis, "Mutiara hanya datang dari salah satu nya".
Tetapi kini telah diketahui bahwa mutiara bisa terbentuk di dalam air tawar. Encyclopedia Britannica, Micropaedia 1977, menulis bahwa di sungai-sungai rimba Bavaria (Eropa) mutiara .libudidayakan. Bahkan budidaya mutiara air tawar di Cina telah dikenal sejak sebelum tahun 1000 SM.
Dengan demikian, pernyataan al-Qur'an dalam surat ini sesuai dengan arti harfiahnya, tanpa memerlukan penafsiran yang dipaksakan.
Apakah pembaca akan berhenti sampai di sini?
Kita beralih ke ayat al-Qur'an yang pembahasannya memerlukan pengetahuan astrofisika, gabungan astronomi, fisika dan matematika, yaitu Surat an-Nur atau yang berarti cahaya.
"Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumynmaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus (misykat), yang didalamnya ada pelita besar. Pelita itu didalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walauyun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (an-Nur 24 : 35).
Esensi ayat ini adalah bahwa Tuhan adalah (satu-satunya) pemberi cahaya di alam semesta tanpa sentuhan api. Namun menyangkut perumpamaan, mufasir klasik menghadapi kesulitan untuk menjelaskan lebih rinci.
Dengan beberapa pengecualian mereka akan menjelaskan bahwa misykat , atau suatu lubang yang tidak dapat ditembus, adalah lubang di rumah-rumah untuk tempat lampu obor, yang ada di dinding rumah. Sedangkan pohon (zaitun) yang dimaksud adalah pohon (zaitun) yang tumbuh di bukit-bukit, sehingga sinar matahari dapat menyinari, baik pada saat matahari terbit maupun matahari terbenam.
Mufasir modern, seperti Malik Ben Nabi, menjelaskan bahwa misykat adalah lampu bohlam:
Pohon yang dimaksud adalah kawat wolfram yang berpijar karena efek listrik tanpa disentuh api, dibungkus gelas kaca, untuk memantulkan seluruh sinarnya ke segala arah sehingga dapat menerangi seluruh ruangan. Lampu bohlam adalah sekat yang tak dapat ditembus, karena hampa udara, tidak ada oksigen di sana.
Tetapi, dalam studi yang lebih mendalam tentang cahaya di langit oleh para astrofisikawan, misalnya Mohamed Asadi2 dalam bukunya The Grand Unifying Theory of Everything, perumpamaan ayat tersebut lebih mendekati kepada fenomena quasar dan gravitasi efek lensa yang menghasilkan cahaya di atas cahaya. Quasar atau Quasi Stellar adalah objek di langit yang ditemukan pertama kalinya pada tahun 1963. Mereka mewakili objek yang paling terang di alam semesta, jauh lebih terang dari cahaya matahari atau bintang. Para astronom menemukan bahwa objek "seperti bintang' ini terletak miliaran tahun cahaya dari bumi. Objek ini tentunya mempunyai energi yang besarnya sangat luar biasa supaya tetap terlihat dari sini. Energi mereka berasal dari "pusat lubang hitam yang sangat masif". Karakter pertama dari ayat ini yaitu misykat adalah "lubang hitam", sedangkan karakter kedua yaitu "pelita dalam kaca" adalah galaksi yang menghasilkan efek gravitasi lensa seperti quasar (pelita) yang terbungkus oleh kaca (gelas). Coba simak keterangan quasar oleh astronom NASA.3
"Efek gravitasi pada galaksi, quasar yang jauh, serupa dengan efek lensa sebuah gelas minum yang memantulkan sinar lampu jalan yang menciptakan berbagai image (lapisan cahaya atas cahaya)"
Energi quasar yang berasal (dicatu) dari lubang hitam, terjadi ketika "bintang-bintang dan gas" dari galaksi terhisap di dalamnya. Karakter lainnya yang disebut "pohon" oleh al-Qur'an adalah sebutan yang tidak lazim oleh para astronom yang menggambarkan galaksi sebagai "pohon-pohon" yang terdiri dari bintang-bintang. Lihat saja istilah diagram HertzprungRussel, dalam buku Timothy Ferris, The Whole Shebang, 1997.
Barangkali, karakter lainnya yang menarik dari ayat di atas adalah pernyataan "diterangi tanpa tersentuh oleh api", suatu fenomena fusi nuklir yang menghasilkan cahaya yang sangat terang, di mana di ruang angkasa nyaris tidak ada oksigen untuk pembakaran. Bintang-bintang memulai hidupnya dengan unsur kimia yang paling ringan, yakni hidrogen. Gas berkontraksi, karena gravitasi, memanas; atom hidrogen bertumbukan dan membentuk helium, unsur yang lebih berat, ketika mengeluarkan energinya. Energi inilah yang membuat objek "bintang- bintang" bersinar tanpa "disentuh api', energi ini juga yang memelihara keseimbangan posisi bintang-bintang di alam semesta. Sepanjang pengetahuan manusia yang ada sekarang, fenomena quasar inilah yang paling tepat untuk menggambarkan ayat di atas. Terlebih lagi perumpamaan dalam ayat tersebut: "seakan-akan bintang yang bercahaya seperti mutiara". Bahkan aslinya lebih terang dari sinar bintang, dan memang seperti "mutiara" bila kita lihat dari foto-foto NASA yang ada, gemerlapan, sangat menawan.
Dengan demikian, terjemahan bebas ayat 35 Surat an-Nur dari sisi sains adalah:
"Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang (hitam) yang tak tembus (misykat), yang di dalamnya ada pelita besar (quasar). Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca (efek gravitasi lensa dari galaksi) itu seakanakan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan pohon (galaksi yang dicatu oleh lubang hitam) yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon (galaksi) yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (fusi nuklir) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (efek gravitasi lensa), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia,dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
Antisipasi ke Depan atau Catatan Sebelumnya
AI-Qur'an dalam pengajarannya bukan saja dengan kalimat (teks) tetapi juga dengan hitungan, hitungan yang membahas berbagai hal. Perbandingan luas lautan dengan daratan, dampak pemanasan global (global warming), kecepatan cahaya, dan umur alam semesta: berdasarkan informasi-informasi yang disajikan oleh ayat-ayat al-Qur'an. Bila al-Qur'an seolah-olah mengantisipasi ke masa depan, itu adalah semata-mata perspektif manusia. Sebab dalam pandangan al-Qur'an, semua kejadian di bumi, sesungguhnya telah tercatat dengan baik di dalam Kitab Utama, Pusat Arsip, atau Lauh Mahfuzh, sebelum kejadian tersebut berlangsung4.
Umur Alam Semesta
Secara ringkas, umur elemen kimia dapat diperkirakan berdasarkan uji radio aktif terhadap atom tersebut. Dan umumnya dapat ditentukan dengan menggunakan uji contoh batubatuan, yaitu dengan mengukur perubahan elemen berat seperti Rubidium Rb-87. Bila uji Rubidium ini diterapkan atas batuan yang tertua di bumi akan didapatkan bahwa batuan tertua berumur 3,8 miliar tahun. Jika diterapkan atas batuan tertua dari meteor akan didapatkan angka 4,56 miliar tahun. Kesimpulan ini membuktikan bahwa tata surya kita berumur sekitar 4,6 miliar tahun, dengan tingkat kesalahan 100 juta tahun. Sedikit berbeda, bila metode ini digunakan untuk mengukur gas di alam semesta maka akan menyebabkan tingkat variasi yang lebih lebar. Ilmuwan cukup puas mengetahui umur alam semesta sejak Dentuman Besar dengan perhitungan elemen kimia yaitu antara 11-18 miliar tahun.
Mohamed Asadi dalam bukunya The Grand Unifying Theory of Everything mengatakan bahwa umur alam semesta, berdasarkan penyelidikannya terhadap bintang-bintang tertua, adalah antara 17 sampai 20 miliar tahun. Sedangkan Profesor Jean Claude Batelere dari College de France menyatakan bahwa umur alam semesta kira-kira 18 miliar tahun.5
Dalam al-Qur'an ada dua ayat yang mengindikasikan perhitungan alam semesta selain makna relativitas waktu, yaitu Surat as-Sajdah (32:5) dan al-Ma'arij (70:4).
"Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) keyada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun" (al-Ma'arij 70 : 4)
Kita dapat mencatat bahwa al-Qur'an tidak mengatakan "50.000 tahun" waktu bumi. Karena waktu ini adalah waktu relatif di suatu tempat di langit, di mana satu hari sama dengan 1000 tahun waktu bumi. Hari relatif tersebut merupakan umur alam semesta di mana sistem tata surya manusia (kita) berada.
Mari kita konversikan waktu relatif alam semesta:
50.000 x 365,2422 = 18.262.110
Satu hari relatif di "satu tempat" di alam semesta, di tempat malaikat melaporkan urusannya, sama dengan 1000 tahun di bumi:
18.262.110 x 1000 = 18.262.211.000 tahun atau 18,26 miliar tahun.
Dengan demikian, umur alam semesta relatif adalah 18,26 miliar tahun. Hasilnya hampir sama dengan perhitungan Profesor Jean Claude Batelere dari College de France tersebut di atas.
NASA memperkirakan umur alam semesta antara 12-18 miliar tahun berdasarkan pengukuran seberapa cepat alam semesta kita ini ekspansi setelah terjadinya "Dentuman Besar" 6
Dr. Marshall Joy dan Dr. John Carlstrom dari Universitas Chicago (tim NASA) telah mampu mengatasi masalah pengukuran kecepatan ekspansi alam semesta dengan teknik terbaru, yaitu menggunakan radio interferometer untuk menyelidiki dan mengukur fluktuasi Cosmic Microwave Background Radiation (CMBR). Dengan demikian, umur alam semesta dapat diperkirakan. Sedangkan tim NASA lainnya memperkirakan umur alam semesta antara 8-12 miliar tahun berdasarkan pengukuran jarak galaksi "M100" dengan teleskop ruang angkasa Hubble. Galaksi tersebut diperkirakan berjarak 56 juta tahun cahaya dari bumi. Namun demikian, pengukuran umur alam semesta ini menimbulkan pertanyaan, bagaimana mungkin alam semesta umurnya lebih muda, padahal salah satu bintang di Bima Sakti mungkin umurnya jauh lebih tua dari perkiraan tersebut?7
Metonic Cycle
Pembaca telah mendapatkan pengetahuan bahwa kata-kata dalam al-Qur'an mempunyai makna yang bertingkat. Beberapa kata mempunyai arti langsung, tetapi yang lain tidak, atau belum tentu. Misalnya saja, kata yang berarti bulan adalah syahr, dalam al-Qur'an disebutkan sebanyak 12 kali. Ini sesuai dengan 12 bulan dalam 1 tahun. Sedangkan kata yang berarti hari adalah yaum, yang disebutkan 365 kali dalam al-Qui an. Ini juga sesuai bahwa 1 tahun rata-rata sama dengan 365 hari. Tetapi kata yang berarti tahun, yaitu sanah disebutkan dalam al-Qur'an sebanyak 19 kali! Bagaimana kita memahaminya?
Terima kasih kepada cabang pengetahuan astronomi. Angka 19 atau 19 tahun adalah satu periode di mana posisi relatif bumi dan bulan kembali ke posisi semula secara berulang setelah 19 tahun kemudian. Siklus ini ditemukan oleh Meton orang Yunani dan disebut Metonic cycle.
"Jika sekarang tanggal 20 Maret tahun 2000, dan bulan purnama terlihat pada posisi dekat bintang Virgo, kapan kita dapat melihat bulan purnama pada posisi yang sama?"
"Jawabnya bukan bulan depan atau tahun depan, tetapi tanggal 20 Maret tahun 2019, 19 tahun kemudian."
Mengapa 19 tahun? Karena fase Tahun Matahari dan Tahun Bulan akan bertemu tepat pada siklus yang ke-19, di mana 235 bulan Kalender Bulan tepat sama dengan siklus 19 tahun berdasarkan Kalender Matahari. (29,53 hari x 235 kira-kira sama dengan 365,24 hari x 19). Meton dari Athena pada tahun 440 SM mengetahui bahwa 235 bulan berdasarkan Kalender Bulan sama dengan 19 tahun Kalender Matahari. Oleh karena itu, siklus ini dikenal dengan siklus Meton8, dan merupakan basis perhitungan kalender di Yunani sampai Kalender Julius Caesar diperkenalkan pada tahun 46 SM. Bagi kaum Muslim, menggunakan Kalender Bulan karena sesuai dengan kebutuhan untuk perhitungan bulan Ramadhan, bulan Haji, dan peristiwa-peristiwa Islam lainnya. Namun sebelumnya, Kalender Bulan ini dipergunakan juga oleh kaum Yahudi, bangsa Babilonia, dan Cina.
Dengan demikian, jumlah penyebutan kata-kata tertentu dalam al-Qur'an mempunyai,makna yang sangat dalam, dan baru dapat diketahui oleh pembaca jika ia mempunyai pengetahuan dan sains yang cukup luas.
1.Baca buku M. Asadi Koran atau ringkasan bukunya, bisa ditemukan pada web site
http://members.aol.com/masadi/sci.htm. Fenomena ini adalah fenomena khusus yang baru-baru saja ditemukan oleh pengetahuan manusia.
2.Ringkasan bukunya bisa dibaca di web site:
http://216.239.41.104/senrch?q=cache:6uZu80S1xRIJ:members.aol.com/silence004/koran.html+M.+Asad,
+the+theory+of+everything.&hl=en&ie=UTF-8, diterima tg1.14 November 2003.
3. http://antwrp.gsfc.nasa.gov/apod/ap950711.html. diterima 15 November 2003
4.Salah seorang ilmuwan yang berpandangan bahwa Lauh Mahfuzh merupakan Pusat Arsip Kosmos adalah Jaques Jomier, ahli sejarah dan agama Islam dari Perancis. Pandangan serupa dalam bentuk waktu (abadi, tidak dikenal masa lalu, kini, dan akan datang) dikemukakan oleh Harun Yahya dari Turki-Inggris. Dalam aI-Qur'an berbagai ayat menjelaskan Inuh Mahfuzh, intinya merupakan "catatan atau rekaman seluruh peristiwa di bumi dan langt" - meliputi daun yang gugur, musim, sarang binatang yang terkecil dan berbagai bencana alam, buku amal manusia, kehidupan di akhirat-satu pun fidak ada yang tertinggal. Catatan tersebut telah ada sebelum kejadiannya berlangsung.
5.http://www.fakir60.tripod.com/universe.html, diterima 15 November 2003.
6.http.//216.239.41.704/senrch?q=cnche:O8S7RUNVr16Ufacience.nnsn.gov/newhome/
headlines/ast22feb99_1.htm+universe+age,+NASA&h1=en&ie=UTF8, diterima 20 November 2003.
بسم الله الرحمن الرحيم
AI-Qur'an selalu merujuk kepada (banyak) alam semesta atau 'alamin, di mana sains saat ini baru menghasilkan satu hipotesis dan model tentang multiple universes. Seruan al-Qur'an tentang kebenaran sangat universal - timeless and spaceless dialamatkan kepada seluruh manusia dan golongan jin. Kadang-kadang al-Qur'an menyebutkan makhluk yang ada di (banyak) bumi dan di (banyak) langit-yang bermakna segenap makhluk yang telah diketahui maupun yang belum diketahui. Barangkali ia adalah satu-satunya kitab suci yang seruannya ditujukan kepada manusia dan makhluk alam gaib (jin). Kritikus al-Qur'an mengatakan, "Mengapa tidak sekalian saja dialamatkan kepada iblis, atau evil?" Kritikus itu lupa atau tidak mengetahui bahwa iblis dan setan adalah salah satu ras dari golongan jin.
AI-Qur'an adalah Kebijakan Abadi
Setiap ayat, bahkan jumlah ayat atau kata, dan nama surat merupakan kebijakan abadi. Ia mempunyai beberapa lapisan pengertian, sesuai dengan tingkat ilmu pengetahuan manusia yang membacanya.
Kita lihat, misalnya, salah satu ayat dari Surat ar-Rahman, yang membahas tentang air;
"Dia membiarkan kedua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing". (ar-Rahman [55]: 19-20)
Sedikit penafsir yang mengartikan ini adalah tanah genting yang tidak terlihat. Penafsir lainnya menyebutkan bahwa air tawar di sungai dan air asin di lautan bertemu namun tidak saling melampaui karena perbedaan kepekatannya. Sampai di sini terjemahan belum bermasalah. Keterangan lebih lanjut:
Fenomena menarik adalah apa yang diungkapkan oleh seorang ilmuwan Prancis Jacques Yves Cousteau yang meneliti berbagai lautan di dekat Selat Jibraltar,1 ditemukan bahwa pertemuan antara air dari Laut Mediteranian (Laut Tengah) dengan air dari Lautan Atlantik tidak bercampur, walaupun keduanya air asin. Salinitas yang berbeda menghasilkan "dam" yang tidak terlihat. Air Laut Tengah dengan salinitas di atas 36,5% dan temperatur sekitar 11,5 derajat Celsius, terisolasi di kedalaman 900 sampai 1100 meter. Sedangkan air yang berasal dari Lautan Atlantik mempunyai salinitas di bawah 35%, membungkus air Laut Tengah dengan temperatur di bawah 10 derajat Celsius.
Berikutnya adalah fenomena menarik tentang pembentukan mutiara.
"Dari keduanya keluar mutiara dan marjan" (ar-Rahman 55 : 22)
Para penerjemah dua puluh tahun yang lalu, dengan satu atau dua pengecualian, menerjemahkan "marjan" dengan "batu koral". Padahal mayoritas ahli tafsir mengartikan dengan marjan, yang mengandung mutiara kecil yang lebih berkilau. Tetapi ahli tafsir modern, misalnya Sayyid Quthb, berbicara tentang "batu koral". Disadari bahwa banyak ahli tafsir yang menghadapi persoalan dengan ayat ini. Menurut pengetahuan mereka pada waktu itu, mutiara hanya datang dari air laut. Padahal ayat ini barangkali menjelaskan bahwa mutiara bisa terbentuk baik di dalam air laut maupun air tawar. Bagaimana bisa? Abu Ubaidah, seorang penulis terdahulu, sangat yakin bahwa mutiara hanya datang dari air laut, sehingga ia mencoba berkelit untuk menafsirkan ayat tersebut dengan sesuatu yang lain. Maka ia menulis, "Mutiara hanya datang dari salah satu nya".
Tetapi kini telah diketahui bahwa mutiara bisa terbentuk di dalam air tawar. Encyclopedia Britannica, Micropaedia 1977, menulis bahwa di sungai-sungai rimba Bavaria (Eropa) mutiara .libudidayakan. Bahkan budidaya mutiara air tawar di Cina telah dikenal sejak sebelum tahun 1000 SM.
Dengan demikian, pernyataan al-Qur'an dalam surat ini sesuai dengan arti harfiahnya, tanpa memerlukan penafsiran yang dipaksakan.
Apakah pembaca akan berhenti sampai di sini?
Kita beralih ke ayat al-Qur'an yang pembahasannya memerlukan pengetahuan astrofisika, gabungan astronomi, fisika dan matematika, yaitu Surat an-Nur atau yang berarti cahaya.
"Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumynmaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus (misykat), yang didalamnya ada pelita besar. Pelita itu didalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walauyun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (an-Nur 24 : 35).
Esensi ayat ini adalah bahwa Tuhan adalah (satu-satunya) pemberi cahaya di alam semesta tanpa sentuhan api. Namun menyangkut perumpamaan, mufasir klasik menghadapi kesulitan untuk menjelaskan lebih rinci.
Dengan beberapa pengecualian mereka akan menjelaskan bahwa misykat , atau suatu lubang yang tidak dapat ditembus, adalah lubang di rumah-rumah untuk tempat lampu obor, yang ada di dinding rumah. Sedangkan pohon (zaitun) yang dimaksud adalah pohon (zaitun) yang tumbuh di bukit-bukit, sehingga sinar matahari dapat menyinari, baik pada saat matahari terbit maupun matahari terbenam.
Mufasir modern, seperti Malik Ben Nabi, menjelaskan bahwa misykat adalah lampu bohlam:
Pohon yang dimaksud adalah kawat wolfram yang berpijar karena efek listrik tanpa disentuh api, dibungkus gelas kaca, untuk memantulkan seluruh sinarnya ke segala arah sehingga dapat menerangi seluruh ruangan. Lampu bohlam adalah sekat yang tak dapat ditembus, karena hampa udara, tidak ada oksigen di sana.
Tetapi, dalam studi yang lebih mendalam tentang cahaya di langit oleh para astrofisikawan, misalnya Mohamed Asadi2 dalam bukunya The Grand Unifying Theory of Everything, perumpamaan ayat tersebut lebih mendekati kepada fenomena quasar dan gravitasi efek lensa yang menghasilkan cahaya di atas cahaya. Quasar atau Quasi Stellar adalah objek di langit yang ditemukan pertama kalinya pada tahun 1963. Mereka mewakili objek yang paling terang di alam semesta, jauh lebih terang dari cahaya matahari atau bintang. Para astronom menemukan bahwa objek "seperti bintang' ini terletak miliaran tahun cahaya dari bumi. Objek ini tentunya mempunyai energi yang besarnya sangat luar biasa supaya tetap terlihat dari sini. Energi mereka berasal dari "pusat lubang hitam yang sangat masif". Karakter pertama dari ayat ini yaitu misykat adalah "lubang hitam", sedangkan karakter kedua yaitu "pelita dalam kaca" adalah galaksi yang menghasilkan efek gravitasi lensa seperti quasar (pelita) yang terbungkus oleh kaca (gelas). Coba simak keterangan quasar oleh astronom NASA.3
"Efek gravitasi pada galaksi, quasar yang jauh, serupa dengan efek lensa sebuah gelas minum yang memantulkan sinar lampu jalan yang menciptakan berbagai image (lapisan cahaya atas cahaya)"
Energi quasar yang berasal (dicatu) dari lubang hitam, terjadi ketika "bintang-bintang dan gas" dari galaksi terhisap di dalamnya. Karakter lainnya yang disebut "pohon" oleh al-Qur'an adalah sebutan yang tidak lazim oleh para astronom yang menggambarkan galaksi sebagai "pohon-pohon" yang terdiri dari bintang-bintang. Lihat saja istilah diagram HertzprungRussel, dalam buku Timothy Ferris, The Whole Shebang, 1997.
Barangkali, karakter lainnya yang menarik dari ayat di atas adalah pernyataan "diterangi tanpa tersentuh oleh api", suatu fenomena fusi nuklir yang menghasilkan cahaya yang sangat terang, di mana di ruang angkasa nyaris tidak ada oksigen untuk pembakaran. Bintang-bintang memulai hidupnya dengan unsur kimia yang paling ringan, yakni hidrogen. Gas berkontraksi, karena gravitasi, memanas; atom hidrogen bertumbukan dan membentuk helium, unsur yang lebih berat, ketika mengeluarkan energinya. Energi inilah yang membuat objek "bintang- bintang" bersinar tanpa "disentuh api', energi ini juga yang memelihara keseimbangan posisi bintang-bintang di alam semesta. Sepanjang pengetahuan manusia yang ada sekarang, fenomena quasar inilah yang paling tepat untuk menggambarkan ayat di atas. Terlebih lagi perumpamaan dalam ayat tersebut: "seakan-akan bintang yang bercahaya seperti mutiara". Bahkan aslinya lebih terang dari sinar bintang, dan memang seperti "mutiara" bila kita lihat dari foto-foto NASA yang ada, gemerlapan, sangat menawan.
Dengan demikian, terjemahan bebas ayat 35 Surat an-Nur dari sisi sains adalah:
"Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang (hitam) yang tak tembus (misykat), yang di dalamnya ada pelita besar (quasar). Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca (efek gravitasi lensa dari galaksi) itu seakanakan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan pohon (galaksi yang dicatu oleh lubang hitam) yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon (galaksi) yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (fusi nuklir) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (efek gravitasi lensa), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia,dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
Antisipasi ke Depan atau Catatan Sebelumnya
AI-Qur'an dalam pengajarannya bukan saja dengan kalimat (teks) tetapi juga dengan hitungan, hitungan yang membahas berbagai hal. Perbandingan luas lautan dengan daratan, dampak pemanasan global (global warming), kecepatan cahaya, dan umur alam semesta: berdasarkan informasi-informasi yang disajikan oleh ayat-ayat al-Qur'an. Bila al-Qur'an seolah-olah mengantisipasi ke masa depan, itu adalah semata-mata perspektif manusia. Sebab dalam pandangan al-Qur'an, semua kejadian di bumi, sesungguhnya telah tercatat dengan baik di dalam Kitab Utama, Pusat Arsip, atau Lauh Mahfuzh, sebelum kejadian tersebut berlangsung4.
Umur Alam Semesta
Secara ringkas, umur elemen kimia dapat diperkirakan berdasarkan uji radio aktif terhadap atom tersebut. Dan umumnya dapat ditentukan dengan menggunakan uji contoh batubatuan, yaitu dengan mengukur perubahan elemen berat seperti Rubidium Rb-87. Bila uji Rubidium ini diterapkan atas batuan yang tertua di bumi akan didapatkan bahwa batuan tertua berumur 3,8 miliar tahun. Jika diterapkan atas batuan tertua dari meteor akan didapatkan angka 4,56 miliar tahun. Kesimpulan ini membuktikan bahwa tata surya kita berumur sekitar 4,6 miliar tahun, dengan tingkat kesalahan 100 juta tahun. Sedikit berbeda, bila metode ini digunakan untuk mengukur gas di alam semesta maka akan menyebabkan tingkat variasi yang lebih lebar. Ilmuwan cukup puas mengetahui umur alam semesta sejak Dentuman Besar dengan perhitungan elemen kimia yaitu antara 11-18 miliar tahun.
Mohamed Asadi dalam bukunya The Grand Unifying Theory of Everything mengatakan bahwa umur alam semesta, berdasarkan penyelidikannya terhadap bintang-bintang tertua, adalah antara 17 sampai 20 miliar tahun. Sedangkan Profesor Jean Claude Batelere dari College de France menyatakan bahwa umur alam semesta kira-kira 18 miliar tahun.5
Dalam al-Qur'an ada dua ayat yang mengindikasikan perhitungan alam semesta selain makna relativitas waktu, yaitu Surat as-Sajdah (32:5) dan al-Ma'arij (70:4).
"Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) keyada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun" (al-Ma'arij 70 : 4)
Kita dapat mencatat bahwa al-Qur'an tidak mengatakan "50.000 tahun" waktu bumi. Karena waktu ini adalah waktu relatif di suatu tempat di langit, di mana satu hari sama dengan 1000 tahun waktu bumi. Hari relatif tersebut merupakan umur alam semesta di mana sistem tata surya manusia (kita) berada.
Mari kita konversikan waktu relatif alam semesta:
50.000 x 365,2422 = 18.262.110
Satu hari relatif di "satu tempat" di alam semesta, di tempat malaikat melaporkan urusannya, sama dengan 1000 tahun di bumi:
18.262.110 x 1000 = 18.262.211.000 tahun atau 18,26 miliar tahun.
Dengan demikian, umur alam semesta relatif adalah 18,26 miliar tahun. Hasilnya hampir sama dengan perhitungan Profesor Jean Claude Batelere dari College de France tersebut di atas.
NASA memperkirakan umur alam semesta antara 12-18 miliar tahun berdasarkan pengukuran seberapa cepat alam semesta kita ini ekspansi setelah terjadinya "Dentuman Besar" 6
Dr. Marshall Joy dan Dr. John Carlstrom dari Universitas Chicago (tim NASA) telah mampu mengatasi masalah pengukuran kecepatan ekspansi alam semesta dengan teknik terbaru, yaitu menggunakan radio interferometer untuk menyelidiki dan mengukur fluktuasi Cosmic Microwave Background Radiation (CMBR). Dengan demikian, umur alam semesta dapat diperkirakan. Sedangkan tim NASA lainnya memperkirakan umur alam semesta antara 8-12 miliar tahun berdasarkan pengukuran jarak galaksi "M100" dengan teleskop ruang angkasa Hubble. Galaksi tersebut diperkirakan berjarak 56 juta tahun cahaya dari bumi. Namun demikian, pengukuran umur alam semesta ini menimbulkan pertanyaan, bagaimana mungkin alam semesta umurnya lebih muda, padahal salah satu bintang di Bima Sakti mungkin umurnya jauh lebih tua dari perkiraan tersebut?7
Metonic Cycle
Pembaca telah mendapatkan pengetahuan bahwa kata-kata dalam al-Qur'an mempunyai makna yang bertingkat. Beberapa kata mempunyai arti langsung, tetapi yang lain tidak, atau belum tentu. Misalnya saja, kata yang berarti bulan adalah syahr, dalam al-Qur'an disebutkan sebanyak 12 kali. Ini sesuai dengan 12 bulan dalam 1 tahun. Sedangkan kata yang berarti hari adalah yaum, yang disebutkan 365 kali dalam al-Qui an. Ini juga sesuai bahwa 1 tahun rata-rata sama dengan 365 hari. Tetapi kata yang berarti tahun, yaitu sanah disebutkan dalam al-Qur'an sebanyak 19 kali! Bagaimana kita memahaminya?
Terima kasih kepada cabang pengetahuan astronomi. Angka 19 atau 19 tahun adalah satu periode di mana posisi relatif bumi dan bulan kembali ke posisi semula secara berulang setelah 19 tahun kemudian. Siklus ini ditemukan oleh Meton orang Yunani dan disebut Metonic cycle.
"Jika sekarang tanggal 20 Maret tahun 2000, dan bulan purnama terlihat pada posisi dekat bintang Virgo, kapan kita dapat melihat bulan purnama pada posisi yang sama?"
"Jawabnya bukan bulan depan atau tahun depan, tetapi tanggal 20 Maret tahun 2019, 19 tahun kemudian."
Mengapa 19 tahun? Karena fase Tahun Matahari dan Tahun Bulan akan bertemu tepat pada siklus yang ke-19, di mana 235 bulan Kalender Bulan tepat sama dengan siklus 19 tahun berdasarkan Kalender Matahari. (29,53 hari x 235 kira-kira sama dengan 365,24 hari x 19). Meton dari Athena pada tahun 440 SM mengetahui bahwa 235 bulan berdasarkan Kalender Bulan sama dengan 19 tahun Kalender Matahari. Oleh karena itu, siklus ini dikenal dengan siklus Meton8, dan merupakan basis perhitungan kalender di Yunani sampai Kalender Julius Caesar diperkenalkan pada tahun 46 SM. Bagi kaum Muslim, menggunakan Kalender Bulan karena sesuai dengan kebutuhan untuk perhitungan bulan Ramadhan, bulan Haji, dan peristiwa-peristiwa Islam lainnya. Namun sebelumnya, Kalender Bulan ini dipergunakan juga oleh kaum Yahudi, bangsa Babilonia, dan Cina.
Dengan demikian, jumlah penyebutan kata-kata tertentu dalam al-Qur'an mempunyai,makna yang sangat dalam, dan baru dapat diketahui oleh pembaca jika ia mempunyai pengetahuan dan sains yang cukup luas.
1.Baca buku M. Asadi Koran atau ringkasan bukunya, bisa ditemukan pada web site
http://members.aol.com/masadi/sci.htm. Fenomena ini adalah fenomena khusus yang baru-baru saja ditemukan oleh pengetahuan manusia.
2.Ringkasan bukunya bisa dibaca di web site:
http://216.239.41.104/senrch?q=cache:6uZu80S1xRIJ:members.aol.com/silence004/koran.html+M.+Asad,
+the+theory+of+everything.&hl=en&ie=UTF-8, diterima tg1.14 November 2003.
3. http://antwrp.gsfc.nasa.gov/apod/ap950711.html. diterima 15 November 2003
4.Salah seorang ilmuwan yang berpandangan bahwa Lauh Mahfuzh merupakan Pusat Arsip Kosmos adalah Jaques Jomier, ahli sejarah dan agama Islam dari Perancis. Pandangan serupa dalam bentuk waktu (abadi, tidak dikenal masa lalu, kini, dan akan datang) dikemukakan oleh Harun Yahya dari Turki-Inggris. Dalam aI-Qur'an berbagai ayat menjelaskan Inuh Mahfuzh, intinya merupakan "catatan atau rekaman seluruh peristiwa di bumi dan langt" - meliputi daun yang gugur, musim, sarang binatang yang terkecil dan berbagai bencana alam, buku amal manusia, kehidupan di akhirat-satu pun fidak ada yang tertinggal. Catatan tersebut telah ada sebelum kejadiannya berlangsung.
5.http://www.fakir60.tripod.com/universe.html, diterima 15 November 2003.
6.http.//216.239.41.704/senrch?q=cnche:O8S7RUNVr16Ufacience.nnsn.gov/newhome/
headlines/ast22feb99_1.htm+universe+age,+NASA&h1=en&ie=UTF8, diterima 20 November 2003.
Langganan:
Postingan (Atom)